PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN BUDAYA ISLAM DI INDONESIA
Perkembangan Pendidikan dan Budaya Islam |
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang masyarakatnya
sebagian besar beragama Islam, sehingga sudah selayaknya menempatkan diri dalam
membangun peradaban islam. Mau tidak mau suatu peradaban tersebut akan
terbentuk oleh umatnya.
Perkembangan Islam yang ada di Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh perkembangan Islam di belahan bumi lain. Membaca Islam
yang di Indonesia rasanya cukup penting. Sebab, dari hasil pembacaan itu kita
sebagai umat islam dapat mengetahui akan bagaimana perkembangan islam di
indonesia setelah islam mengalami beberapa fase perubahan dari waktu ke waktu.
Kalau kita mau mengamati secara mendalam akan
perkembangan islam di indonesia maka kita harus mengamati mulai dari islam
masuk, penyebaran, pengamalan, perkembangan, dan kondisi yang sekarang kita
alami di indonesia. Sebab, peristiwa sejarah merupakan problematika yang
meliputi dimensi waktu masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang.
Dalam makalah ini kita hanya membatasi pada
keadaan islam di masa sekarang (kontemporer). Namun, tetap akan dipaparkan alur
sejarahnya secara singkat. Demi mengetahui historisitasnya. Sebab, dalam
perjalanannya islam di indonesia banyak sekali mangalami akulturasi dan ikut
berperan dalam perubahan keadaan Indonesia.
PEMBAHASAN
A. Perjalanan
Peta Politik Islam Indonesia
Islam mulai memasuki wilayah politik indonesia sejak pertama
kali negara indonesia mengadakan pemilihan umum (pemilu). Dengan cara membuat
suatu wadah, yaitu mendirikan partai politik. Pada waktu itu partai yang
berasaskan islam yaitu ada dua pertama, Partai Masyumi dan
Partai NU. Melalui wadah ini umat islam memainkan perannya sebagai seorang
politikus yang ingin menanamkan nilai-nilai islam. Dalam tesis Harun Nasution
yang berjudul The Islamic State in Indonesia. The Rise of the Ideology,
the Movement for its Creation and the Theory of the Masjumi, beliau
mengemukakan bahwa ada perbedaan besar antara NU dan Masyumi. Kaum modernis di
dalam Masyumi pada umumnya mereka hendak membangun suatu masyarakat muslim dan
sebagai akibatnya mereka mengharapkan suatu negara islam. Kelompok yang
diwakili NU lebih sering memperjuangkan suatu Negara sebagai langkah pertama
dan melalui negara islam ini mereka hendak mewujudkan suatu masyarakat islam
(hlm. 76-77). Suatu perbedaan lain adalah, bahwa ulama mendapat kedudukan yang
penting dalam organisasi negara konsep NU, sedangkan posisi mereka tidak begitu
menonjol dalam pemikiran kaum Masyumi (92).
Setelah jatuhnya orde lama dan berganti orde baru, peran politik
islam dalam negara Indonesia cenderung mengalami kemunduran. Disebabkan karena
adanya usaha represif terhadap partai politik yang berhaluan islam, yang
dilakukan oleh penguasa pada waktu itu karena ketakutan akan kehilangan
kekuasaannya. Selama kekuasaan orde baru hanya ada tiga partai yang diakui dan
boleh ikut dalam pemilu. Dan partai yang berasas islam pada waktu itu adalah
Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Adanya usaha represif yang dilakukan oleh rezim orde baru, yang
berkuasa selama 32 tahun, rupanya menimbulkan kekecewaan pada banyak pihak.
Puncak dari keramahan tersebut adalah dengan turunnya mahasiswa ke jalan dan
menduduki gedung DPR-MPR. Yang dimotori oleh mahasiswa UIN, UGM, dan UI. Dampak
dari demonstrasi tersebut membuat semakin memudarnya legitimasi politik rezim
orde baru, sehingga pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto mengundurkan
diri dari kursi kepresidenan.
Babak baru dalam dunia perpolitikan di Indonesia dimulai. Pada
pemilu yang dilangsungkan tahun 1999, organisasi islam banyak mendirikan partai
politik yang berasaskan islam dan atau berbasis umat islam. Diantaranya: PPP,
PAN, PKB, PNU, PBB, PK sekarang PKS, dll. Pada masa itu simbol-simbol agama
sangat mewarnai kancah perpolitikan indonesia. Simbol-simbol keagamaan yang
diekspresikan apparatus birokrasi, tentu memiliki makna sosial. Bisa jadi ia merupakan
representasi dari kesalehan dan kesadaran spiritual apparatus birokrasi, tetapi
juga bukan mustahil ia juga bisa berubah menjadi sumber pengumpulan legitimasi.
Hasil dari pemilu tahun 1999 tersebut membawa Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
menjadi presiden RI ke-4.
Sejak pemilu tahun 1999 sampai dengan sekarang, umat islam mulai
kebingungan akan pilihan yang harus ia pegang. Sebab, semuanya mengaku bernafas
islam dan mementingkan hak rakyat. Dalam tubuh partai politik-pun banyak
mengalami perebutan kepemimpinan dan atau pecah menjadi beberapa partai.
Perubahan setting politik pasca-Orde Baru tanpa diduga memberi
ruang bagi berkembangnya wacana penegakkan syariat islam di indonesia. Seperti
yang telah dilakukan oleh Aceh, dan beberapa daerah yang menginginkan
penggunaan syariat islam.
B. Perkembangan
Budaya Pemikiran Islam di Indonesia
Budaya adalah sebuah sistem yang mempunyai koherensi.
Bentuk-bentuk simbolis yang berupa kata, benda, laku, mite, sastra, lukisan,
nyanyian, musik, kepercayaan mempunyai kaitan erat dengan konsep-konsep
epistemologi dari sistem pengetahuan masyarakatnya. Budaya islam mulai masuk ke
Nusantara pada saat pembawa ajaran islam (mubalig) datang ke indonesia dengan
membawa kebudayaan yang berasal dari daerah mereka masing-masing. Cara yang di
gunakan oleh para mubalig, pada waktu itu adalah melalui transformasi budaya.
Hal ini dilakukan, karena sebelum agama Islam masuk ke indonesia telah ada
agama Hindu dan ajaran Budha.
Pesatnya pengaruh pemikiran yang berasal dari luar indonesia banyak
sekali membawa perubahan terhadap pola pikir budaya umat islam di indonesia.
Seperti munculnya aliran Jaringan Islam Liberal (JIL), Front Pembela Islam
(FPI), Majlis Mujahidin Indonesia (MMI), dan lain sebagainya. Adanya berbagai
aliran ini dilatarbekalangi oleh adanya kesadaran kritis, yaitu kessadaran yang
menolak dominan dalam budaya keagamaan indonesia yang cenderung sarat dengan
kepentingan, tunduk pada etos konsumerisme, menopang tatanan yang ada, atau
malahan mengambil keuntungan darinya.
Perguruan tinggi membawa perubahan banyak terhadap pemikiran di
indonesia. Sebab, dalam sejarah kita melihat bahwa gerbong pemikkiran Islam di
Indonesia di mulai dari IAIN Sunan Kalijaga dan IAIN Syarif Hidatullah. Diantara tokoh-tokoh pembahruan pemikiran islam
tersebut adalah Harun Nasution, Nurcholish Madjid, A. Mukti Ali, dll.
Adanya perubahan pola pikir tersebut disebabkan oleh empat hal,
antara lain oleh
1.
Faham tauhid yang dianut kaum
muslimin telah bercampur dengan kebiasaan yang dipengaruhi oleh
tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang suci dan hal lain yang membawa
pada kekufuran;
2.
Sifat jumud membuat umat islam berhenti
berpikir dan berusaha. Umat islam maju pada zaman klasik karena mereka
mementingkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, selama umat Islam masih
bersifat jumud dan tidak mau berpikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami
kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas
kejumudan;
3.
Umat Islam selalu berpecah-pecah, maka umat
islam tidak akan mengalami kemajuan;
4.
Hasil kontak yang terjadi antara dunia islam
dengan barat.
C. Perkembangan Pendidikan Islam di
Indonesia
Pendidikan islam adalah pendidikan yang teori-teorinya disusun
berdasarkan al-Qur’an dan Hadits. Pada awal kemerdekaan pendidikan islam
dianggap sebagai musuh oleh kaum penjajah. Sebab, pendidikan islam kerap
mengjarkan melawan akan kebatilan yang dilakukan oleh para penajajah. Kini
pendidikan islam berkembang subur, laksana rumput ditanah yang luas tersiram
air hujan. Tumbuh tiada terbendung.
Kemajuan dari poendidikan islam di indonesia dapat kita lihat
dari; semakin luasnya persebaran pondok pesantren, yang merupakan basis
penyebaran islam di indonesia. Sebutan pesantren hanya dipakai di pulau Jawa.
Sementara di daerah lain, istilah ‘pesantren’ untuk di Aceh dikenal dengan
sebutan dayah, di padang dengan istilah suarau.
Disamping pesantren, lembaga formal pendidikan islam-pun, mulai
banyak bermunculan di Indonesia. Dari mulai; Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan Perguruan Tinggi Islam. Walupun dari segi
kuantitas banyak. Akan tetapi, kalau kita melihat dari segi kualitas belum
tentu sebanyak jumlahnya. Contohnya, pada pencapaian nilai UAN sekolah yang
yang mencapai nilai tertinggi rata-rata dari sekolah non-islam. Disamping lembaga
pendidikan berupa sekolah dan Strata-1, Program pasca sarjana pun mulai tahun
1982 dibuka di IAIN.
KESIMPULAN
Dari pemaparan di BAB
sebelumnya, disini kita bisa mengambil bebrapa langkah untuk
mengembangkan;
· Pertama, adanya keterpaduan kurikulum
antara satu jenjang lembaga pendidikan dengan jenjang lembaga pensididkan yang
ada di atasnya.
· Kedua, agama
dalam menetukan suatu kebenaran harus menggunakan filsafat fenomenologis.
Sebab, dengan fenomenologis kita mampu mencari akan jalan yang lebih baik dari
yang sudah pernah ada.
· Ketiga, penghilangan gap. Sebab,
dengan menghilangkan gap maka konsepsi arus inheren dalam
stuktur sosial Islam dapat terwujud.
· Keempat, membiarkan islam ikut
terjun dalam dunia perpolitikan. Sebab, saat ada usaha untuk melemahkan dan
menjinakkan Islam politik maka ini akan menyebabkan kegagalan politik islam.
· Kelima, tidak adanya
dikotomisasi ilmu.
· Keenam, dibukanya
ilmu-ilmu sosial di perguruan tinggi islam demi menjawab permasalahan terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
·
Asmuni, Yusran. 1995. Pengantar Studi
Islam dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam. Jakarta:
Grafindo.Bhakti, Ikrar Nusa. 2000.
·
Berbagai Faktor Penyebab Jatuhnya Presiden
Soeharto, dalam Pers
Dalam “Revolusi Mei” Runtuhnya Sebuah Hegemoni, Dedy N. Hidayat, dkk.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
·
Bustamam, Kamaruzzaman-Ahmad. 2002. Islam
Histori Dinamika Studi di Indonesia, Yogyakarta: Galang Press.
·
Effendy, Bahtiar. 2001.Masyarakat Agama dan
Pluralisme Keagamaan. Yogyakarta: Galang Press.
·
Kuntowijoyo. 1999. Budaya &
Masyarakat, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.Maliki, Zainuddin.
2004. Agama Priyayi, Makna di tangan Elite Penguasa, Yogyakarta:
Pustaka
Semoga bermanfaat kawan...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar