Awas Bahaya Bid’ah !
Oleh : Ustadz Abu Adib
بسم الله الرحمن الرحيم
 Al-Imam
 An-Nawawi dalam kitab beliau Riyadhush Shalihin, menyatakan dalam bab 
“Larangan dari bid’ah dan perkara baru dalam agama”. Bid’ah secara 
bahasa artinya sesuatu yang diciptakan manusia yang belum ada contoh 
sebelumnya. Seperti Firman Allah ‘Azza wajalla :
Al-Imam
 An-Nawawi dalam kitab beliau Riyadhush Shalihin, menyatakan dalam bab 
“Larangan dari bid’ah dan perkara baru dalam agama”. Bid’ah secara 
bahasa artinya sesuatu yang diciptakan manusia yang belum ada contoh 
sebelumnya. Seperti Firman Allah ‘Azza wajalla :“Allah menciptakan langit dan bumi yang tidak ada contoh sebelumnya.” [QS. Al-Baqarah : 117]
Adapun bid’ah secara syari’at terjadi 
sedikit perbedaan di kalangan para ‘ulama. Asy-Syaikh ‘Utsaimin 
menyatakan : “Bid’ah adalah setiap orang yang menyembah Allah atau 
beribadah kepada Allah, dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan, baik 
secara aqidah, perkataan maupun perbuatan”.
Imam Asy-Syathibi berkata : “Bid’ah 
adalah suatu jalan yang diada-adakan dalam agama guna menandingi 
syari’at dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala”.
Dan Syaikh ‘Abdul Wahhab Al-Washaby 
berkata : “Bid’ah adalah setiap keyakinan, atau perkataan, atau amalan 
yang diada-adakan setelah kematian Rasulullah, dengan niatan untuk 
mendekatkan diri kepada Allah, akan tetapi tidak ada dalil dari 
Al-Qur’an dan As-Sunnah”.
Pembaca yang budiman, berikut ini akan kami paparkan tentang bahaya-bahaya bid’ah :
Pertama, bid’ah adalah sesuatu yang tidak dinashkan dalam Al-qur’an dan As-Sunnah. Allah Subhaanahuwata’ala berfirman :
”Maka tidak ada sesudah kebenaran melainkan kesesatan”.
Adapun dalil dari As-Sunnah, Rasulullah bersabda :
“Setiap bid’ah adalah sesat”.
Dan telah dimaklumi bersama, bahwa tidak 
mungkin seorang mukmin akan memilih jalan yang akan menyesatkannya. 
Karena, hal itu bertolak belakang dengan do’a mereka (orang-rang yang 
beriman) setiap kali sorang mukmin shalat. Yaitu mereka meminta agar 
dijauhkan dari jalan-jalan yang sesat, ketika membaca Firman Allah 
Ta’ala :
“Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan yang Engkau beri nikmat atas mereka. Bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat.” [QS. Al Fatihah : 6-7]
Kedua, orang yang berbuat bid’ah berarti mereka telah keluar dari mengikuti Nabi .
Allah berfirman :
“Katakanlah ; “Jikalau kalian benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku (Rasulullah). Niscaya Allah akan mengasihi kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [QS. Al-Imran : 31]
Barang siapa membuat suatu bid’ah 
(sesuatu yang diada-adakan) yang dengan bid’ah itu ia gunakan untuk 
beribadah kepada Allah, maka dia telah keluar dari tuntunan Rasulullah.
Ketiga, orang yang berbuat bid’ah bertentangan dengan kesaksian mereka :
“Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”.
Karena di syahadat rasul ini memiliki beberapa konsekuensi sebagai berikut :
1. Mentaati apa yang diperintahkan oleh Rasulullah. Dan orang yang berbuat bid’ah tidak mentaati Rasulullah.
2. Membenarkan apa yang dikabarkan. Orang
 yang berbuat bid’ah berarti mereka tidak membenarkan kabar dari 
Rasulullah. Dimana Rasul mengabarkan :
“Setiap bid’ah itu sesat, setiap yang sesat itu di neraka”.
“Barang siapa yang beramal yang tidak ada perintah dari kami, maka amalan itu tertolak”.
3. Meninggalkan apa yang Nabi  larang.
4. Tidaklah Allah diibadahi kecuali dengan apa yang telah disyari’atkannya.
Keempat, bid’ah itu 
adalah mencela Islam. Orang yang berbuat bid’ah berarti telah tersirat 
dalam hatinya bahwa Islam itu belum sempurna, sehingga masih perlu 
ditambah dengan bid’ah yang mereka ada-adakan.
Padahal Allah berfirman :
“Pada hari ini telah aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Ku cukupkan bagi kalian nikmat-Ku, dan Aku ridha islam menjadi agama bagi kalian”. [QS. Al-Maidah : 3]
Kelima, bid’ah
 mengandung celaan terhadap Rasulullah. Kalau orang yang berbuat bid’ah 
beranggapan bahwa Rasulullah  tidak tahu, maka pelaku bid’ah ini telah 
menuduh bahwa Rasulullah  jahil (bodoh). Sedangkan kalau mereka 
menyatakan bahwa Nabi mengetahui tetapi Nabi tidak menyampaikan kepada 
umatnya berarti pelaku bid’ah menuduh Nabi  khianat dengan risalahnya.
Keenam, bid’ah bisa 
menjadikan penyebab pemecah belah umat Islam. Jika telah di buka 
pintu-pintu bid’ah, maka setiap kelompok akan membuat bid’ah, seperti 
yang telah terjadi pada umat Islam sekarang ini. Setiap kelompok 
membanggakan apa yang ada pada kelompoknya. Sebagaimana firman Allah 
Ta’ala :
 “Tiap kelompok bangga dengan apa yang ada pada kelompoknya”. [QS. Ar-Rum : 32]
“Tiap kelompok bangga dengan apa yang ada pada kelompoknya”. [QS. Ar-Rum : 32]
Setiap kelompok akan berkata “kebenaran ada bersama kami dan yang lainnya sesat”.
Pembaca yang budiman, untuk lebih jelasnya mari kita lihat contoh :
Orang-orang yang mengada-ada bid’ah 
Maulid Nabi, (Ulang tahun kelahiran Nabi) yang mereka tetapkan pada 
tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Tahukah kita apa yang akan diucapkan oleh 
orang-orang yang melakukan bid’ah ini? Mereka berkata bahwa : 
“Orang-orang yang tidak merayakan hari kelahiran Nabi itu berarti mereka
 adalah orang-orang yang marah dan membenci Nabi, mereka adalah 
orang-orang yang tidak bergembira dengan kelahiran Nabi…”. dan 
ucapan-ucapan jelek lainnya.
Perhatikanlah wahai para pembaca yang 
mulia … Satu bid’ah yang mereka lakukan telah menjadikan mereka saling 
mencemooh, saling menghina kelompok satu dengan yang lainnya. Oleh 
karena itu, semakin umat Islam banyak melakukan bid’ah maka akan semakin
 banyak perpecahan di tengah umat Islam.
Ketujuh, jika bid’ah 
telah menyebar pada umat, maka pudarlah sunnah. Karena, jika manusia 
mengerjakan bid’ah baik secara langsung maupun tidak langsung maka ia 
telah merusak sunnah.
Maka dari itu sebagian ‘ulama salaf 
berkata, “Tidaklah suatu kaum berbuat bid’ah kecuali mereka telah 
menghilangkan sunnah yang sepertinya atau yang lebih besar darinya”. 
Karena bid’ah itu telah menyebabkan lupa kepada sunnah dan memudarkan 
persatuan diantara umat Islam.
Pembaca yang budiman, semoga risalah ini bermanfaat bagi kita semua. Wallahu a’lam bish-shawab.
[Sumber]
 
 
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar